Mahakata.com – Pemkot Samarinda melalui Dinas PUPR melakukan persentasi lanjutan proyek Terowongan Samarinda.
Agenda ini menghadirkan PT PP Tbk selaku kontraktor pelaksana, yang memaparkan perkembangan proyek serta rencana lanjutan, khususnya terkait penanganan longsor di lereng sisi inlet dan outlet terowongan.
Dalam paparannya, PT PP Tbk menjelaskan bahwa penanganan longsor dibagi dalam dua fase.
Fase 1 mencakup pengerjaan lereng sisi inlet, regrading secara parsial, serta pembangunan struktur Cast in-situ Concrete (CNC) sepanjang 72 meter.
Pekerjaan ini ditargetkan rampung pada Desember 2025 dengan anggaran sekitar Rp39 miliar.
Fase 2 yang dijadwalkan dimulai Januari hingga Desember 2026 akan fokus pada pembangunan ground anchor, struktur lereng lanjutan, serta sistem drainase, dengan anggaran mencapai Rp94 miliar.
Andi Harun, Wali Kota Samarinda, mengatakan penyelesaian penanganan potensi longsor, khususnya di sisi kiri lereng, merupakan langkah strategis mitigasi sekaligus penguatan struktur terowongan.
“Pembangunan harus aman dalam jangka panjang, efisien, dan tidak menimbulkan masalah baru di masa depan,” kata Andi Harun.
Mengacu pada hasil kajian Tim Geologi LAPI ITB, longsor yang terjadi sebelumnya disebabkan curah hujan tinggi yang memicu pergerakan tanah lunak (talus deposit) dari luar struktur.
“Karenanya pembebasan lahan tambahan direncanakan untuk mendukung pelaksanaan fase kedua,” jelasnya.
Sementara itu, Project Manager PT PP Tbk, Billy Adriansyah, menjelaskan fase 1 masih berlangsung secara bertahap. Salah satu tahapan yang telah dilakukan adalah relokasi dan penataan permukiman warga terdampak.
“Sistem drainase tambahan juga akan dipasang untuk mengalirkan air hujan dan aliran permukaan keluar dari jalur terowongan,” ungkapnya.
“Hal ini bertujuan mencegah air meresap ke dalam tanah yang berisiko merusak struktur akibat kelembaban,” tegasnya. (*)