Mahakata.com – Rudy Masud, Gubernur Kaltim, menyoroti banyaknya kendaraan bervolume besar dan berat jadi salah satu penyebab akses jalan antar daerah mengalami kerusakan.
Hal itu berdasarkan pengalamannya melakukan perjalanan darat dari Samarinda menuju Kutai Barat.
“Saya langsung bawa sendiri kendaraannya agar tahu apa yang dirasakan masyarakat. Jalannya rusak parah,” Rudy Masud.
Jalan rusak sebagian besar berada di sekitar perbatasan Kutai Kartanegara dan Kutai Barat. Tepatnya, di sekitar Perian hingga Barong Tongkok.
Menurutnya, penyebab kerusakan ini salah satunya berasal dari aktivitas angkutan alat berat di jalan raya, baik jalan nasional, provinsi dan kabupaten.
Dirinya berkoordinasi dengan Kapolda Kaltim untuk meminta agar semua angkutan alat berat tidak lagi melalui jalur darat.
“Tonase angkutan alat berat sangat besar dan akan cepat menyebabkan kerusakan jalan,” sebutnya.
Long bed atau trailer sekitar 20 ton. Ditambah PC 210 (21 ton) total 40 ton. Jika diangkut PC 330 (33 ton) maka tonase total menjadi 50 ton. Apalagi jika yang diangkut PC 400 (40 ton), maka total beban tonase angkutan alat berat mencapai 60 ton.
“Seluruh angkutan alat berat kalau bisa lewat jalur sungai atau laut, supaya tidak merusak jalan APBN atau jalan APBD,” tegasnya.
Gubernur Harum menegaskan, Pemprov Kaltim akan melindungi investasi pertambangan agar tetap eksis, namun partisipasi perusahaan pertambangan juga sangat diharapkan untuk tidak mempercepat kerusakan jalan-jalan di Kaltim.
“Ini berlaku untuk semua jalan, baik di wilayah tengah, utara dan selatan,” pungkasnya. (*)