Mahakata.com – Dinas Kesehatan (Dinkes) Kaltim, mengalokasikan anggaran Rp5,65 miliar dalam rangka mengupayakan menurunkan angka prevalensi stunting di Bumi Mulawarman.
Fitnawati, Kabid Kesehatan Masyarakat Dinkes Kaltim, mengungkap pihaknya berupaya memperkuat penanganan stunting melalui program-program yang terarah dan berkelanjutan.
“Anggaran ini untuk menangani masalah stunting. Mencakup peningkatan kapasitas kader dalam pemantauan pertumbuhan di kabupaten/kota se-Kaltim, peningkatan kapasitas petugas gizi dalam surveilans gizi, pelaksanaan aksi bergizi di sekolah-sekolah, serta pengadaan alat peraga untuk edukasi gizi,” papar Fitnawati.
Dirinya menyebut salah satu fokus utama dalam upaya penanganan stunting adalah meningkatkan kapasitas petugas di lapangan.
Ini penting karena petugas kesehatan di tingkat akar rumput memiliki peran sentral dalam mengawasi dan memantau perkembangan gizi anak-anak, terutama balita.
Selain itu, mereka juga dilatih untuk melakukan konseling pemberian makanan bayi dan edukasi menyusui.
“Kami telah melaksanakan pelatihan teknis terkait konseling pemberian makanan bayi, konseling menyusui, dan edukasi gizi. Dengan meningkatkan kompetensi kader dalam pemantauan pertumbuhan, yang mencakup 25 kompetensi dasar, kami berharap penanganan stunting bisa lebih efektif,” jelasnya.
Salah satu program unggulan yang tengah berjalan adalah Aksi Bergizi di Sekolah, di mana Dinkes Kaltim berkolaborasi dengan berbagai pihak untuk meningkatkan pemahaman anak-anak sekolah tentang pentingnya gizi seimbang, terutama dalam mencegah stunting. Program tersebut meliputi distribusi tablet tambah darah serta edukasi gizi kepada siswa di berbagai sekolah di Kaltim.
“Program Aksi Bergizi di sekolah ini tidak hanya fokus pada siswa, tetapi juga melibatkan para guru dan tenaga kesehatan sekolah. Kami juga melakukan koordinasi lintas sektor untuk memastikan peningkatan konsumsi tablet tambah darah di kalangan remaja putri sebagai bagian dari pencegahan anemia,” sebutnya.
Dari data terbaru, Dinkes Kaltim mengidentifikasi jumlah balita yang memerlukan intervensi gizi mencapai 236.913 orang (data per Agustus 2024).
Melalui berbagai upaya promotif dan preventif yang dilakukan, Fitnawati menyebutkan hasil sementara telah menunjukkan dampak positif, meskipun masih ada banyak pekerjaan yang harus dilakukan untuk mencapai target penurunan prevalensi stunting.
“Target utama kami adalah mengintervensi balita dengan masalah gizi, dan melalui berbagai program yang sudah berjalan, kami telah melihat beberapa hasil sementara yang positif. Namun, tentu kami akan terus meningkatkan usaha ini agar dampaknya lebih signifikan,” tegasnya. (*)