Mahakata.com – Kepala Adat Besar di Tanah Kutai menyelenggarakan Pembukaan Ritual Adat Kutai Kutai Pelas Benua di Ibu Kota Nusantara (IKN), mulai 19 hingga 21 Oktober 2024.
Kegiatan Ritual Adat Dayak dan Paser ini melibatkan 12 lembaga dan masyarakat adat dengan difasilitasi Otorita IKN.
Ritual ada ini digelar sebagai bentuk perwujudan restu dari leluhur untuk pembangunan IKN di tanah Kalimantan agar berjalan lancar dan aman.
“Bulan Mei yang lalu kita juga melakukan hal yang sama, yang dipelopori oleh masyakat dayak dan paser, hari ini masyarakat Kutai,” kata Alimuddin, Deputi Bidang Sosial, Budaya, dan Pemberdayaan Masyarakat Otorita IKN.
“Ritual ini termasuk pengukuhan dari masyakat adat, dan kita sebagai pemerintah memberikan kesempatan seluas-luasnya. Salah satu tujuannya adalah bagaimana warga lokal ini masih mampu melestarikan kearifan-kearifan lokal untuk diwariskan kepada kaum muda,” lanjut Alimuddin.
Dalam rangkaian acaranya, diisi penampilan permainan tradisional, tari-tarian tradisional, deklarasi 5 Puak (Sub Suku Kutai) terhadap dukungan pembangunan IKN, serta Ritual Adat Kutai.
Terdapat 5 Puak Kutai di antaranya Puak Pantun sebagai Puak tertua, Puak kedang, Puak Lampung, Puak Pahu, dan Puak Melanti.
“Kita berharap masyarakat ini dengan senang hati masih mau melestarikan budaya-budaya lokal, kearifan-kearifan lokal, karena tentu itu akan menjadi modal kita juga dalam membangun Otoirita IKN,” jelasnya.
Ritual Adat Kutai Pelas Benua dapat diartikan membersihkan wilayah IKN dari hal-hal buruk, agar dalam proses pembangunan dapat berjalan lancar, serta dihindarkan dari mara bahaya.
“Pelas Benua adalah bentuk pembersihan wilayah yang akan dibangun IKN agar tidak terjadi suatu hal yang mungkin saja akan menghambat, dengan adanya Pelas Benua kita harapkan pembangunan IKN bisa berjalan sukses dan lancar,” ungkap Sopyan, Ketua Panitia Ritual Adat Pelas Benua.
“Ini merupakan ritual yang paling tua diantara Puak-puak yang ada di Kutai yang dipimpin oleh Puak Pantun, jadi dikhawatirkan kalau tidak dilestarikan maka kebudayaan ini akan punah,” tegasnya. (*)