Mahakata.com – Otorita IKN menunjukkan aksi dalam menangani isu pengelolaan sumber daya air, terutama di wilayah Nusantara.
Hal ini disampaikan oleh Kepala Otorita IKN, Bambang Susantono, dalam panel ahli dan pemimpin tingkat tinggi mengenai air dan bencana (HELP) ke-23 yang merupakan bagian dari rangkaian acara World Water Forum (WWF) ke-10 di Bali Nusa Dua Convention Center, Minggu (19/05/2024).
“Pada forum ini, saya mengusulkan agar kita terus mengadvokasi penerapan digitalisasi dan solusi berbasis alam secara lebih luas. Saat kita berusaha mencapai kerangka kerja untuk mengatasi masalah air pada WWF ke-10 yang akan dimulai besok, saya ingin mendorong semua pihak untuk terus menyerukan percepatan adopsi kedua elemen praktis namun transformatif ini,” kata Bambang.
Bambang mengusulkan agar solusi digital dan berbasis alam terus diadvokasi untuk diterapkan secara lebih luas. Kedua elemen ini dianggap sebagai langkah praktis dan transformatif yang dapat membantu menyelesaikan berbagai masalah terkait air.
Dalam enam bulan terakhir, tantangan terkait air semakin meningkat, termasuk bencana air, nexus air-pangan-energi, dan dampak air terhadap kualitas hidup.
Di wilayah seperti Rio Grande do Sul di Brasil, Baghlan Utara di Afghanistan, dan Sumatera Barat di Indonesia, masyarakat masih memulihkan diri dari banjir yang menewaskan sekitar 500 orang dan membuat lebih dari 90.000 orang kehilangan tempat tinggal.
Di Asia Tenggara, dalam empat bulan pertama tahun ini, terjadi setidaknya 320 insiden banjir dan kekeringan, yang menyebabkan ratusan kematian dan banyak kehilangan tempat tinggal.
Insiden ini terjadi di tengah banyak negara berkembang yang masih jauh dari pencapaian SDG 6 tentang Air Bersih dan Sanitasi, dengan sekitar 1,9 miliar orang di Asia dan Pasifik masih kekurangan akses ke air bersih dan sanitasi menurut UNESCAP.
Bambang Susantono menekankan bahwa transformasi digital dapat menyediakan data yang luas untuk analisis mendalam, meningkatkan efisiensi, dan memperkuat ketahanan sistem air.
Solusi berbasis alam, seperti reforestasi dan sistem drainase berkelanjutan, menawarkan peluang untuk menciptakan kehidupan yang lebih berkelanjutan.
“Sebagai contoh, di ibu kota baru Indonesia, Nusantara, terdapat pondok pesantren Hidayatullah di Kecamatan Sepaku. Di dalam sekolah seluas 10 hektar ini, terdapat basin retensi alami yang merupakan sumber air bersih vital. Basin ini mendukung kebutuhan sekolah dan masyarakat sekitar, dengan sistem pengelolaan air yang berkelanjutan,” jelasnya
Otorita Ibu Kota Nusantara berkomitmen untuk mengadopsi konsep “kota spons” yang memanfaatkan solusi berbasis alam.
Otorita IKN juga bekerja sama dengan berbagai instansi, termasuk Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (KemenPUPR), untuk mengembangkan rencana induk pengendalian banjir dan drainase.
Nusantara juga mengintegrasikan komponen kota pintar, seperti Manajemen Air Cerdas dan Sistem Peringatan Dini, untuk memastikan ketahanan kota.
Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, Basuki Hadimuljono, siap bekerja sama dengan berbagai pihak, termasuk Otorita IKN, untuk menghadapi perubahan iklim melalui pengelolaan air bersih yang baik.
Basuki menegaskan pentingnya kolaborasi dalam mengatasi tantangan perubahan iklim dan memastikan akses air bersih yang berkelanjutan bagi masyarakat.
“Kami (KemenPUPR) selalu mendalami setiap kemitraan dengan berbagai pihak dalam pengelolaan sumber daya air. Kita sudah banyak melihat bagaimana perubahan iklim sangat berdampak pada kemajuan dan kesejahteraan sosial-ekonomi warga dunia, di mana hal ini salah satunya bisa kita antisipasi dengan pengelolaan sumber daya air yang baik dan benar dengan berbagai pihak yang saling bersinergi,” ungkap Basuki. (*)